Kamis, 20 Desember 2012

PROPOSAL TESIS

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TERHADAP GURU MEMBELAJARKAN DAN MINAT BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR BAHASA ARAB


BAB  I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah

Bahasa Arab adalah bahasa yang dipilih oleh Allah SWT sebagai bahasa Al Qur’an yang menjadi pedoman hidup ummat Islam ( Minhajul hayat ) Sebagai akibatnya, pemahaman bahasa Arab menjadi sangat penting dalam komunikasi kita dengan Sang Pencipta sekaligus  memuji kebesaran Allah SWT dan rasulNya, termasuk di dalam hal berdoa  dan memahami kitabullah SWT dan Sunah-sunahnya. Kaum Muslimin meyakini bahwa Al Qur’an merupakan kitab suci yang diturunkan oleh Sang Pencipta Alam, Allah SWT berfirman:
إِنَّـــــــا جَـــــــعــَلـْنـــــَاهُ قـُرْءَانًــــــا عَرَبـــــــِيًّا لَّعــــــَلَّـــكُـــمْ تَعْـــــــقـِلُونَ
Artinya : “Sesungguhnya Kami telah menjadikan Al Quran dalam bahasa Arab, supaya kalian memahaminya”. ( QS, Az Zukhruf             :3)
 
Al Qur’an adalah kalamullah yang berbeda dengan teks-teks buatan manusia seperti buku, koran atau majalah, oleh karena itu, dalam memperlakukan kitab ini, umat Islam memiliki adab yang jelas, diantara adab yang harus diperhatikan oleh seorang muslim yang hendak memahami atau menafsirkan Al Qur’an antara lain wajib memahami bahasa Arab.
Berangkat dari sebuah realita bahwa kebanyakan kaum muslimin  enggan mempelajari bahasa Arab karena dianggap sulit, padahal sebaliknya bahasa Arab adalah bahasa yang dimudahkan Allah SWT dalam pembelajarannya , hal ini tercantum dalam surat Al-Qomar ayat 17:
                    
Artinya “Dan sungguh telah kami mudahkan Al-Qur’an untuk peringatan, maka adakah orang yang mau mengambil pelajaran.” (Q.S. Al-Qomar: 17)
Dengan demikian maka Pondok Pesantren Husnul Khotimah hadir dalam rangka menjadi bagian solusi dalam upaya mengenalkan bahasa Arab kepada masyarakat,  khususnya kepada peserta didiknya sehingga para alumni Pondok Pesantren Husnul Khotimah setelah menempuh pendidikan di lembaga ini diharapkan menjadai Da’i yang mempunyai kafa’ah dasar bahasa Arab baik lisan maupun tulisan, ini terlihat dari Visi  dan Misi yang diusung oleh pondok pesantren Husnul Khotimah sebagai berikut:
“Menjadi Lembaga Pendidikan yang Berkualitas, Sebagai Kontributor Terdepan dalam Mencetak Kader Da’i”,
dan Misinya sebagai berikut:
1.      Transformasi Ilmu Pengetahuan dan Bahasa
2.      Penanaman Nilai- Nilai Islami dan Akhlakul Karimah
3.      Dakwah dan mengarahkan masyarakat kepada kehidupan yang islami
 Program bahasa Arab di Pondok Pesantren Husnul Khotimah menjadi program unggulan yang wajib diikuti oleh seluruh peserta didiknya, apalagi sebagian mereka bercita-cita untuk melanjutkan pendidikannya ke Perguruan Tinggi dan Universitas di Timur Tengah yang bahasa pengantarnya adalah bahasa Arab, khususnya siswa-siswa  dari Madrasah Aliyah jurusan Pendidikan Keagamaan ( PK ).
Dalam merealisasikan visi misinya Pondok Pesantren Husnul khotimah membutuhakan Sumber Daya Manusia yang handal yaitu para pendidik termasuk didalamnya guru, baik guru syar’i ataupun guru umum. Guru adalah ujung tonggak keberhasilan pembelajaran di kelas, maka kesiapan guru untuk menjalankan amanah profesinya adalah sebuah keniscayaan, apalagi mengajar adalah profesi yang paling mulia sebagaimana Rosulullah diutus untuk menjadi Muallim ( Guru ).
Guru profesional yang memiliki  empat kompetensi atau standar kemampuan yang meliputi kompetensi Kepribadian, Pedagogik, Profesional, dan Sosial adalah sebuah tuntutan dan kebutuhan demi keberhasilan pembelajaran peserta didiknya.  Kompetensi guru adalah kebulatan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang berwujud tindakan cerdas dan penuh tanggung jawab dalam melaksanakan tugas sebagai agen pembelajaran.  Sebagai agen pembelajaran maka guru dituntut untuk kreatif dalam menyiapkan metode dan strategi yang cocok untuk kondisi anak didiknya, memilih dan menetukan sebuah metode pembelajaran yang sesuai dengan indikator pembahasan.  Dengan sertifikasi dan predikat guru profesional yang disandangnya, maka guru harus introspeksi diri apakah sudah memiliki kemampuan untuk membelajarkan anak didik  sesuai dengan cara-cara seorang guru professional atau belum,  sebab disadari atau tidak masih banyak diantara para pendidik yang belum bisa menjadi guru yang profesional sebagaimana yang diharapkan dengan adanya sertifikasi guru, dengan demikian sangat wajar kondisi tersebut mempengaruhi persepsi siswa terhadap kemampuan guru dalam menyajikan pembelajaran di kelas.    
Khusus untuk guru syar’i di Pondok Pesantren Husnul Khotimah termasuk didalamnya guru bahasa Arab secara mayoritas masih membutuhkan keahlian dalam bidang paedagogik dan metodologi pembelajaran, alhamdulillah lembaga pondok pesantren berusaha untuk membekali para guru dengan kualifikasi yang dibutuhkan mereka melalui pelatihan-pelatihan, sehingga persepsi para peserta didik tentang kurang mampunya guru membelajarkan siswa bisa dihilangkan, karena hal tersebut bisa mengakibatkan menurunnya minat belajar siswa terhadap mata pelajaran khususnya bahasa Arab, yang pada akhirnya berakibat pula kepada kurangnya hasil belajar bahasa Arab.
Penulis mengadakan penelitian ini karena berangkat dari sebuah realita bahwa sebagian besar hasil belajar bahasa Arab peserta didik di Pondok Pesantren Husnul Khotimah masih rendah dan berada dibawah KKM Pesantren yaitu 75 untuk hasil belajar bahasa Arab. Salah satu penyebabnya bisa jadi karena guru kurang menguasai materi pembelajaran karena kurangnya  persiapan, atau karena guru yang bersangkutan kurang bisa mengelola pembelajaran di dalam kelas, bisa juga karena minat belajar siswa itu sendiri terhadap mata pelajaran tersebut sangat rendah.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas dapat diperoleh gambaran permasalahan yang timbul dan diidentifikasi sebagaimana tersebut dibawah ini:
1.      Apakah terdapat hubungan antara persepsi siswa terhadap kemampuan guru membelajarkan   dengan hasil belajar bahasa Arab siswa di Madrasah Aliyah Husnul Khotimah ?
2.      Faktor apa saja yang mempengaruhi hasil belajar  bahasa Arab siswa sehingga bisa lebih meningkat ?
3.      Apa ciri-ciri hasil belajar siswa dalam Bahasa Arab ?
4.       Apakah hasil belajar Bahsa Arab siswa akan meningkat apabila tidak didukung oleh persepsi siswa yang positif terhadap kemampuan guru membelajarkan ?
5.      Apakah hasil belajar santri akan meningkat dengan adanya persepsi siswa yang positif terhadap guru membelajarkan ?
6.      Dengan cara apakah siswa dapat diukur hasil belajar bahasa Arabnya ?
7.      Apakah terdapat upaya guru dalam meningkatkan kegiatan pembelajaran bahasa Arab ?
8.      Apakah terdapat hubungan positif antara Minat belajar dengan hasil belajar  bahasa Arab siswa di MA Husnul Khotimah ?
9.      Faktor apa saja yang mempengaruhi Minat belajar  siswa sehingga hasil belajarnya meningkat ?
10.  Apakah terdapat hubungan positif antara Persepsi Siswa terhadap kemampuan Guru Membelajarkan  dan Minat belajar secara bersama-sama dengan hasil belajar bahasa Arab siswa di Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Husnul Khotimah ?
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan hasil identifikasi masalah bahwa permasalahan yang berhubungan dengan persepsi siswa terhadap kemampuan guru membelajarkan dan minat belajar dengan hasil belajar bahasa Arab sangat rumit dan kompleks, karena keterbatasan peneliti dalam hal biaya waktu dan tenaga untuk melakukan penelitian ini, maka peneliti hanya membatasi, pada permasalahan yang termasuk dalam lingkup hubungan persepsi siswa terhadap kemampuan guru membelajarkan  dan minat belajar dengan hasil belajar bahasa Arab siswa Madrasah Aliyah Husnul Khotimah kabupaten Kuningan Propinsi Jawa Barat.


D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat diuraikan masalah penelitian sebagai berikut :
1.      Apakah terdapat hubungan antara persepsi siswa terhadap kemampuan guru membelajarkan  dengan hasil belajar bahasa Arab siswa di Madrasah Aliyah Husnul Khotimah ?
2.      Apakah terdapat hubungan antara minat belajar dengan hasil belajar bahasa Arab siswa di Madrasah Aliyah Husnul Khotimah?
3.      Apakah terdapat hubungan antara persepsi siswa terhadap kemampuan guru membelajarkan  dan minat belajar secara bersama-sama dengan hasil belajar bahasa Arab siswa di Madrasah Aliyah Husnul Khotimah?
E. Manfaat  Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat menggali unsur-unsur yang berpengaruh pada persepsi siswa terhadap kemampuan guru membelajarkan dan minat belajar dengan hasil belajar bahasa Arab, yang pada tahap selanjutnya dapat bermanfaat untuk :
1.      Lembaga Penelitian dan Pengembangan Pondok Pesantren Husnul Khotimah dalam upaya meningkatkan kualitas bahasa Arab.
2.      Membantu para guru untuk memahami siswa dalam mengikuti pembelajaran bahasa Arab dengan baik.
3.      Memperkuat minat belajar siswa sehingga semangat dalam mengikuti proses pembelajaran bahasa Arab khususnya, secara aktif dan kreatif sehingga hasil belajarnya meningkat.
4.      Memberikan penguatan kepada kebijakan lembaga yang menjadikan bahasa Arab termasuk salah satu  program unggulan.

BAB  II
KERANGKA TEORETIK, KERANGKA BERPIKIR
DAN PENGAJUAN  HIPOTESIS

A. Kerangka Teoretik
1.      Hasil Belajar Bahasa Arab
a.      Pengertian Bahasa Arab
  Menurut Mushthafa al-Ghulayaini : ” Bahasa Arab adalah kata-kata yang disusun dan digunakan oleh orang-orang Arab untuk mengungkapkan tujuan-tujuan mereka”. [1]Kemampuan berbahasa adalah kemampuan seseorang menggunakan bahasa yang memadai dilihat dari sistem bahasa.[2] Sedangkan yang dimaksud dengan kemampuan berbahasa Arab dalam penelitian ini adalah kemampuan individu untuk menyimak ucapan berbahasa Arab yang disampaikan oleh lawan bicara, berbicara menggunakan bahasa Arab, membaca tulisan-tulisanArab, baik yang menggunakan Syakal maupun tidak menggunakan syakal ,dan menulis pesan-pesan dalam bentuk tulisan, meliputi empat kemahiran dalam berbahasa yaitu kemampuan menyimak  (maharatul istima’), kemampuan berbicara (maharatul kalam), kemampuan membaca (maharatul qira’ah), dan kemampuan menulis (maharatul kitabah).
Imam Syafi'i rohimahullah berkata: "Manusia menjadi bodoh dan selalu berselisih paham lantaran mereka meninggalkan bahasa Arab, dan lebih mengutamakan konsep Aristoteles".[3] Itulah kekhawatiran Imam Syafi'i terhadap  umat Islam, agar kita jangan memarginalkan bahasa kebanggaan umat Islam. Seandainya sang imam menyaksikan kondisi umat sekarang ini terhadap bahasa Arab, tentulah keprihatinan beliau akan semakin memuncak.
Umar bin Khaththab pernah menulis surat kepada Abu Musa yang berisi pesan: "Amma ba'du, pahamilah sunnah dan pelajarilah bahasa Arab".
Pada kesempatan lain, beliau mengatakan: "Semoga Allah merahmati orang yang meluruskan lisannya (dengan belajar bahasa Arab)". Pada kesempatan lain lagi, beliau menyatakan: "Pelajarilah agama, dan ibadah yang baik, serta perdalami bahasa Arab". Beliau juga mengatakan: "Pelajarilah bahasa Arab, sebab ia mampu menguatkan akal dan menambah kehormatan".[4]
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata: Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala menurunkan kitab-Nya dengan bahasa ‘Arab dan menjadikan Nabi-Nya penyampai Al Qur’an dan As Sunnah dariNya dengan bahasa ‘Arab, menjadikan orang-orang yang pertama kali masuk Islam berbicara dengan bahasa itu, maka tidaklah agama dipahami dengan baik dan benar kecuali dengan mempelajari bahasa ‘Arab,  sesungguhnya bahasa Arab itu sendiri bagian dari agama dan hukum mempelajarnya adalah wajib, karena memahami Al-Kitab dan As-Sunnah itu wajib dan keduanya tidaklah bisa dipahami kecuali dengan mempelajari bahasa Arab. Hal ini sesuai dengan kaidah di dalam ilmu ushul fiqh:  “Apa yang tidak sempurna suatu kewajiban kecuali dengannya maka ia hukumnya juga wajib.”[5]
Kebiasaan berbicara dengannya lebih memudahkan bagi pemeluknya dalam memahami Islam, lebih dekat pada penegakan syi’ar-syi’ar agama serta lebih dekat dalam mencontoh generasi pertama yang memeluk Islam dari kalangan Muhajirin dan Anshar dalam seluruh urusan agama mereka.
b.      Pengertian Belajar
Menurut Winkel, belajar adalah semua aktivitas mental atau  psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dalam lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengelolaan pemahaman, keterampilan dan nilai-sikap. Perubahan itu meliputi hal-hal yang bersifat internal seperti pemahaman dan sikap, serta mencakup hal-hal yang bersifat eksternal seperti keterampilan motorik dan berbicara dalam bahasa    asing.[6]
Menurut Sadirman A.M “belajar adalah berubah.” berarti merubah tingkah laku. Jadi belajar akan membawa suatu perubahan pada individu yang belajar. Selain itu ia berpendapat, “belajar pada prinsifnya bertumpu pada struktur kognitif  (penataan fakta, konsep, serta prinsif-prinsif) yang membentuk satu kesatuan yang memiliki makna bagi peserta didik.” [7] Selanjutnya Semiawan  menyatakan bahwa hasil belajar di peroleh melalui tes hasil belajar, tes hasil belajar pada umumnya merupakan evaluasi terminal untuk menentukan seseorang setelah menyelesaikan latihan atau pendidikan tertentu.
Dimyati dan Mujiono menyatakan bahwa belajar merupakan kegiatan yang kompleks, hasil belajar berupa kapabilitas, setelah belajar orang memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap dan nilai. [8]
Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. [9]
Bukti bahwa seseorang telah belajar ialah terjadinya perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti. [10]
Hakikat perbuatan belajar adalah perubahan tingkah laku individu yang diniati dan disadarinya. [11] Belajar merupakan kegiatan mental yang tidak dapatdisaksikan dari luar. Apa yang sedang terjadi dalam diri seseorangyang sedang belajar, tidak dapat diketahui secara langsung hanya dengan mengamati orang itu. Bahkan, hasil belajar orang itu tidak langsung kelihatan, tanpa orang itu melakukan sesuatu yang menampakkan kemampuan yang telah diperoleh melalui belajar. [12]
Belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan sejumlah perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai atau sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas. [13]
Sedangkan menurut Robert Gagne yang diterjemahkan oleh Sri Esti Waryani Djiwandono menyatakan bahwa hasil belajar yang harus dicapai siswa juga meninjau proses belajar menuju hasil belajar dan langkah-langkah intruksional yang dapat di ambil oleh guru dalam membantu siswa belajar.
Komunikasi dalam proses pembelajaran  hendaknya merupakan komunikasi timbal balik, interaktif, edukatif, tidak terjadi dengan sendirinya sehingga materi yang disampaikan secara efektif dan efisien, artinya dapat dipahami oleh siswa dengan mudah. Apabila guru tidak mampu berkomunikasi secara baik pada saat menyampaikan materi pembelajaran maka apa yang disampaikan itu akan sulit diterima siswa, bahkan akan menimbulkan kebingungan dan salah pengertian sehingga  apa yang diharapkan guru tidak akan tercapai, maka dari itu guru harus mampu berkomunikasi yang dibantu dengan menggunakan media atau suatu alat bantu yang tepat, agar komunikasi dapat berlangsung secara efektif dan efisien, bila tidak demikian maka kualitas pembelajaran menjadi rendah.
c.       Pengertian Hasil Belajar
Menurut Dimyati dan Mudjiono  hasil belajar adalah hasil yang ditunjukkan dari suatu interaksi tindak belajar, biasanya ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan guru, hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar[14]. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesaikannya bahan  pembelajaran.
          Menurut Oemar Hamalik hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti.[15]
Muhibbin Syah mengatakan bahwa hasil belajar adalah tingkat penguasaan yang di capai siswa dalam mengikuti program belajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang di tetapkan yang meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. [16]
Howard Kingsley  membagi 3 macam hasil belajar yaitu, keterampilan dan kebiasaan, pengetahuan dan pengertian serta sikap dan cita-cita. Pendapat dari Horward Kingsley ini menunjukkan hasil perubahan dari semua proses belajar. Hasil belajar ini akan melekat terus pada diri siswa karena sudah menjadi bagian dalam kehidupan siswa tersebut. Hasil belajar menurut Anni  merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar. Berdasarkan teori Taksonomi Bloom hasil belajar dalam rangka studi dicapai melalui tiga kategori ranah antara lain kognitif, afektif, psikomotor. Perinciannya adalah sebagai berikut:
1.      Ranah Kognitif
Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan penilaian.
2.      Ranah Afektif
Berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi lima jenjang kemampuan yaitu menerima, menjawab atau reaksi, menilai, organisasi dan karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai.


3.      Ranah Psikomotor
Meliputi keterampilan motorik, manipulasi benda-benda, koordinasi neuromuscular (menghubungkan, mengamati).
Menurut Nasution bahwa hasil belajar adalah hasil dari suatu interaksi tindak belajar mengajar dan biasanya ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan guru.
          Dengan demikian yang dimaksud dengan hasil belajar bahasa Arab pada penelitian ini adalah perubahan tingkah laku peserta didik yang diperoleh setelah mengikuti pembelajaran dengan ditandai  meningkatnya kemampuan pemahaman, pengetahuan,  dan penerapan tentang kaidah-kaidah bahasa Arab (qowaidullughoh arobiyyah) dan menyusun kosa kata (tarkibul mufrodat) dalam bahasa Arab.
2. Persepsi Siswa Terhadap Kemampuan Guru Membelajarkan
a. Pengertian Persepsi
Persepsi adalah sebuah proses saat individu mengatur dan menginterpretasikan kesan-kesan sensoris mereka guna memberikan arti bagi lingkungan mereka.[17] Gibson dalam buku Organisasi Dan Manajemen Perilaku Struktur; memberikan definisi persepsi adalah proses kognitif yang dipergunakan oleh individu untuk menafsirkan dan memahami dunia sekitarnya (obyek). Gibson juga menjelaskan bahwa persepsi merupakan proses pemberian arti terhadap lingkungan oleh individu. Oleh karena itu, setiap individu memberikan arti kepada stimulus secara berbeda meskipun objeknya sama. Cara individu melihat situasi seringkali lebih penting daripada situasi itu sendiri.
Menurut Leavit persepsi dalam arti sempit adalah penglihatan, bagaimana cara seseorang melihat sesuatu, sedangkan dalam arti luas persepsi adalah pandangan atau pengertian yaitu bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu.
Persepsi menurut Epstein & Rogers adalah seperangkat proses yang dengannya kita mengenali, mengorganisasikan dan memahami serapan-serapan inderawi yang kita terima dari stimuli lingkungan.
Persepsi didefinisikan sebagai suatu proses yang menggabungkan dan mengorganisir data-data indera kita (penginderaan) untuk dikembangkan sedemikian rupa sehingga kita dapat menyadari di sekeliling kita, termasuk sadar akan diri kita sendiri.
Menurut Wittig persepsi adalah proses menginterpretasikan stimulus oleh seseorang (perception is the process by which a person interprets sensory stimuli). Persepsi muncul dari beberapa bagian pengalaman sebelumnya.
Definisi persepsi yang diberikan oleh Desiderato adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Perilaku individu seringkali didasarkan pada persepsi mereka tentang kenyataan, bukan pada kenyataan itu sendiri.
Persepsi menurut Walgito  merupakan  proses pengorganisasian, penginterpretasian  terhadap  stimulus  yang  diinderanya  sehingga  merupakan  sesuatu  yang  berarti,  dan  merupakan  respon  yang  integrated dalam diri individu.
Menurut Moskowitz dan Ogel, persepsi merupakan proses yang integral dari individu terhadap stimulus yang diterimanya. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa persepsi itu merupakan proses pengorganisasian, penginterpretasian terhadap stimulus yang diterima oleh organisme atau individu sehingga merupakan sesuatu yang berarti dan merupakan aktivitas yang integral dalam diri individu.
Persepsi menurut Fielman adalah proses konstruktif yang mana kita menerima stimulus yang ada dan berusaha memahami situasi (Perception a contructive process by which we go beyond the stimuli that are presented to us and attempt to construct a meaningful situation). Sedangkan menurut Morgan (1987:107) persepsi mengacu pada carakerja, suara, rasa, selera, atau bau.  Dengan kata lain, persepsi dapat didefinisikan apa pun yang dialami oleh seseorang (perception refers to the way the work, sound, feel, tastes, or smell. In other works, perception can be defined as whatever is experienced by a person). Dengan demikian Persepsi adalah proses pemberian arti terhadap lingkungan oleh individu yang dipengaruhi oleh pengalaman-pengalaman sebelumnya.

b. Pengertian Kemampuan
 Kemampuan adalah  suatu  kesanggupan  dalam  melakukan  sesuatu.  Seseorang dikatakan  mampu  apabila  ia  bisa  melakukan  sesuatu  yang harus  ia lakukan. Menurut  Chaplin ability (kemampuan, kecakapan,  ketangkasan,  bakat,  kesanggupan)  merupakan  tenaga  (daya kekuatan) untuk melakukan suatu perbuatan.  Sedangkan  menurut  Robbins  kemampuan  bisa  merupakan  kesanggupan  bawaan  sejak  lahir, atau  merupakan hasil latihan atau praktek.
Menurut Mohammad Zain dalam Milman Yusdi bahwa kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan, kekuatan kita berusaha dengan diri sendiri.  Sedangkan Anggiat M.Sinaga dan Sri Hadiati mendefenisikan kemampuan sebagai suatu dasar seseorang yang dengan sendirinya berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan secara efektif atau sangat   berhasil. Sementara itu, Robbin kemampuan berarti kapasitas seseorang individu unutk melakukan beragam tugas dalam suatu pekerjaan. lebih lanjut Robbin menyatakan bahwa kemampuan (ability) adalah sebuah penilaian terkini atas apa yang dapat dilakukan seseorang.
Akhmad  Sudrajat menghubungkan kemampuan dengan  kata  kecakapan.  Setiap individu  memiliki  kecakapan  yang  berbeda-beda  dalam  melakukan suatu  tindakan.  Kecakapan  ini  mempengaruhi  potensi  yang  ada  dalam  diri  individu  tersebut.  Proses  pembelajaran  mengharuskan siswa  mengoptimalkan  segala  kecakapan  yang  dimiliki.
c.  Pengertian Membelajarkan
Membelajarkan berasal dari kata dasar “ajar” yang artinya petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui. Dari kata “ajar” ini lahirlah kata kerja “belajar” yang berarti berlatih atau berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu dan kata “pembelajaran” berasal dari kata “belajar” yang mendapat awalan pen-dan akhiran an yang merupakan konflik nominal yang mempunyai arti proses. Pembelajaran adalah proses pemerolehan maklumat dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat serta pembentukan sikap dan kepercayaan.[18] Guru membelajarkan mengandung makna bahwa guru harus mendorong siswa mencari dan menemukan sendiri pengetahuan baru dalam suasana belajar yang menyenangkan. Perubahan perilaku “membelajarkan” siswa bukan lagi “mengajar” siswa merupakan jawaban atas  rekomendasi Kemendiknas (sekarang Kemendikbud) seperti tersurat dalam Permendiknas No. 22 tahun 2006 tentang Standar Isi Kurikulum Pendidikan Dasar dan Menengah. Pembelajaran yang membelajarkan merupakan teknik untuk mencairkan kebekuan dan kebuntuan proses eksplorasi pengetahuan seperti yang biasa terjadi secara endemik di kelas akibat kentalnya kegiatan pembelajaran bernuansa monolog, delivery system, dan semacamnya.
Menurut Rahil mahyudin Pembelajaran adalah perubahan tingkah laku yang melibatkan ketrampilan kognitif yaitu penguasaan ilmu dan perkembangan kemahiran intelek.Menurut pandangan William H. Burton, membelajarkan adalah upaya dalam memberikan perangsang (stimulus), bimbingan, pengarahan, dan dorongan kepada siswa agar terjadi proses belajar. Gagne dan Briggs mengartikan kata mengajar sebagai “instruction is a set of events which affect learness in such way that learning is facilitated”. Jadi, yang penting dalam membelajarkan bukan upaya guru menyampaikan bahan, melainkan bagaiman siswa dapat mempelajari bahan sesuai dengan tujuan.
Undang undang no 14 tahun 2005 pasal 8 mengatakan bahwa guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Melalui pembelajaran yang membelajarkan dengan teknik pendekatan aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan, guru mamapu mengkondisikan siswa berpetualang mengembarakan dirinya di rimba belantara dunia ilmu penegtahuan untuk mencari dan menemukan sendiri pengetahuan “baru”.
Dalam konteks perubahan perilaku guru dari mengajar menjadi membelajarkan tersebut, ada setidaknya  3 (tiga) aktivitas yang harus dilakukan oleh guru.
Pertama, sebelum melakukan pembelajaran, guru harus memiliki peta karakteristik siswa yang akan dibelajarkan. Pemetaan dapat dilakukan dengan cara memanfaatkan data pribadi siswa, melakukan analisis data prestasi akademik, atau melakukan tes diagnostik dan pre-tes. Pemetaan karakteristik siswa yang lengkap merupakan modal awal yang bernilai sangat strategis sekaligus menjadi kunci keberhasilan pembelajaran yang membelajarkan.
Kedua, guru harus mampu menyiapkan sumber dan media belajar yang memadai dan sesuai dengan tingkat perkembangan intelektual siswa serta mengupayakan varian berbasis pemanfaatan .teknologi informasi dan komunikasi seperti power point, internet dll.
Ketiga, guru harus mampu memerankan dirinya sebagai salah satu sumber belajar sekaligus sebagai fasilitator, dan motivator belajar yang membuat siswa nyaman mengikuti setiap dinamika proses pembelajaran di kelas/di luar kelas.
Dengan demikian pesepsi siswa terhadap kemampuan guru membelajarkan adalah proses pemberian arti atau pandangan siswa terhadap kesanggupan dan kecakapan guru dalam memberikan rangsangan, bimbingan, arahan, dan dorongan kepada siswa agar terjadi perubahan tingkah laku. 




3.  Minat Belajar
a. Pengertian Minat
Secara bahasa minat berarti kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu”. [19]  Minat adalah kecenderungan yang menetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa aktivitas. Seseorang yang berminat terhadap aktivitas akan memperhatikan aktivitas itu secara konsisten dengan rasa senang. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. [20]  Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut,semakin besar minat tersebut.  Perhatian bersifat lebih sementara dan ada hubungannya dengan minat. Perbedaannya adalah minat sifatnya menetap sedangkan perhatian sifatnya sementara, adakalanya timbul adakalanya menghilang. [21]
W.S. Winkel memberikan arti minat sebagai kecenderungan yang agak menetap dalam subyek merasa senang berkecimpung dalam bidang itu.[22] Menurut Elizabeth B. Hurlock, bahwa minat ialah “ interest are sources of motivation which drive people to do what they want to do when they are free to choose. When they see that something will benefit them, they become interested in it “.[23] (minat merupakan sumber motivasi yang mendorong orang untuk melakukan apa yang mereka inginkan ketika mereka bebas memilih, ketika mereka melihat bahwa sesuatu akan menguntungkan)
Hilfard dalam Slameto (1991) menyatakan: interest is persisting tendency to pay attention to and enjoy same activities and or content. (minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan.[24] Kegiatan ini termasuk belajar yang diminati siswa akan diperhatikan terus menerus yang disertai rasa senang.
Minat belajar adalah sumber hasrat belajar di dalam jiwa seseorang yang memperhatikan sesuatu ia mulai dengan menaruh minat terhadap hal itu. Minat itu erat hubungannya dengan kepribadian seseorang; ketiga fungsi jiwa: kognisi, emosi dan konasi terdapat dalam minat kadang minat itu timbul dengan sendirinya, dan kadang-kadang perlu diusahakan.[25]
Suatu Minat dapat diekspresikan melalui pernyataan yang menunjukkan bahwa siswa lebih menyukai suatu hal daripada hal lainnya, dapat pula diwujudkan melalui partisipasi dalam suatu aktivitas. Siswa yang memiliki minat terhadap subyek tertentu cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih besar terhadap subjek tersebut. [26] Minat tidak dibawa sejak lahir, melainkandiperoleh kemudian. [27]
b.  Unsur-unsur Minat
Bertolak dari pengertian minat sebagaimana diuraikan di atas, maka unsur-unsur minat meliputi:
a. Perasaan senang
b.Perhatian
c. Kemauan
d. Keaktifan
e.Ketertarikan
c.       Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat Belajar
Menurut Bloom sebagaimana dikutip oleh Iskandar Wassid dan Dadang Sunendar mengatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi minat di antaranya adalah pekerjaan, sosial ekonomi, bakat, jenis kelamin, pengalaman, kepribadian dan pengaruh lingkungan. 
Selain faktor-faktor di atas di antara faktor yangmempengaruhi minat adalah motivasi, belajar, bahan pelajaran dan sikap guru, keluarga, teman pergaulan, cita-cita, bakat, hobi, mediamassa, fasilitas dan lain-lain.
Guru perlu membangkitkan minat  siswa agar pelajaran yang diberikan mudah dimengerti. Kurangnya minat belajar dapat mengakibatkan kurangnya rasa ketertarikan pada suatu bidang tertentu, bahkan dapat melahirkan sikap penolakan kepada guru.Ada beberapa macam cara yang dapat dilakukan untuk membangkitkan minat anak didik di antaranya adalah sebagai berikut:
a. Membandingkan adanya suatu kebutuhan pada diri anak didik,
b. Menghubungkan bahan pelajaran yang diberikan dengan persoalan pengalaman yang dimiliki anak didik,
c. Memberikan kesempatan kepada anak didik untuk mendapatkan hasil belajar yang baik,.
d. Menggunakan berbagai macam bentuk dan teknik mengajar dalam konteks perbedaan individual  anak didik. [28]
Fungsi minat dalam belajar adalah sebagai kekuatan yang mendorong siswa untuk belajar. Siswa yang berminat kepada suatu pelajaran akan tampak terdorong terus untuk tekun belajar, berbeda dengan siswa yang sikapnya hanya menerima pelajaran, mereka hanya tergerak untuk mau belajar tetapi sulit untuk terus tekun karena tidak ada pendorongnya. Minat mampu membangkitkan motivasi siswa.
Dengan demikian Minat belajar adalah kecenderungan hati yang tinggi yang mendorong siswa untuk mengikuti proses pembelajaran sehingga terjadi perubahan tingkah laku yang positif.
A. Kerangka Berpikir
1.  Hubungan Persepsi Siswa terhadap Kemampuan Guru Membelajarkan dengan Hasil Belajar Bahasa Arab Siswa
Persepsi siswa terhadap kemampuan guru membelajarkan  adalah faktor terpenting yang menentukan keberhasilan sebuah pembelajaran di kelas karena guru adalah fasilitator, motivator sekaligus aktor dalam sebuah pembelajaran. Seorang guru yang memiliki kemampuan mengelola kelas dengan berbagai kesiapan sebelumnya bagaikan seorang prajurit yang memasuki kancah peperangan dengan berbagai persenjataan lengkapnya, sebaliknya guru yang tidak mampu mengelola kelas dengan baik bahkan tanpa persiapan sebelumnya ibarat prajurit yang memasuki kancah peperangan tanpa kesiapan berperang dan tidak membawa perlengkapan senjata.
 Guru bahasa Arab harus memiliki kemampuan (kafa’ah) yang diperlukan dalam proses pembelajaran sehingga dirasakan menyenangkan, pada akhirnya kesan bahwa bahasa Arab sulit bisa dihilangkan, atau terminimalisirkan. Para peserta didik akan sangat senang mengikuti pembelajaran yang disajikan oleh guru yang mampu mengelola pembelajaran, dan hasil belajarnya dipastikan bisa meningkat, dengan demikian diduga terdapat hubungan antara persepsi siswa terhadap kemampuan  guru membelajarkan dengan hasil belajar bahasa Arab, semakin tinggi persepsi siswa terhadap kemampuan guru membelajarkan semakin tinggi pula hasil belajar bahasa Arab yang diperoleh.
2.      Hubungan Antara Minat Belajar dengan Hasil Belajar Bahasa Arab Siswa
         Minat merupakan landasan penting bagi seseorang untuk melakukan kegiatan dengan baik. Sebagai suatu aspek kejiwaan minat bukan saja dapat mempengaruhi tingkah laku seseorang, tapi juga dapat mendorong orang untuk tetap melakukan dan memperoleh sesuatu. Orang yang memiliki minat dalam melakukan sebuah kegiatan atau aktivitas tidak akan cepat bosan dan jenuh terhadap kegiatan atau aktivitas tersebut,meskipun ada gangguan, baik dari dalam diri maupun gangguan dari luar misalnya rasa lelah dan gangguan dari lingkungan dan sebagainya.  Peran minat sangat besar dalam kaitannya  dengan pelaksanaan pembelajaran bahasa Arab, karena dengan adanya minat proses pembelajaran akan dapat efektif.
                Proses pembelajaran bagi siswa yang memiliki minat tinggi hampir dapat dipastikan akan berjalan dengan baik dan hasil belajar pun juga akan meningkat. Dengan demikian diduga terdapat hubungan antara minat belajar dengan hasil belajar bahasa Arab, semakin tinggi minat belajar siswa dalam mengikuti proses pembelajaran bahasa Arab, akan semakin tinggi pula hasil belajar bahasa Arab yang diperoleh.
3. Hubungan antara Persepsi Siswa terhadap Kemampuan Guru Membelajarkan dan Minat Belajar Siswa secara Bersama-sama dengan Hasil Belajar Bahasa Arab.
Guru yang menurut penilaian siswa mampu menyajikan pembelajaran dengan baik akan membangkitkan semangat siswa untuk mengikuti seluruh rangkaian pembelajaran dengan penuh perhatian.
Minat siswa yang kuat untuk belajar merupakan factor yang sangat diperlukan, jika menginginkan hasil belajar yang baik. Minat  belajar yang tinggi akan mendapatkan hasil belajar yang tinggi pula, sebaliknya minat belajar yang rendah akan membuahkan hasil belajar yang rendah pula.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka dapat diduga bahwa semakin tinggi persepsi siswa terhadap kemampuan guru membelajarkan dan minat belajar siswa, maka akan semakin tinggi pula hasil belajar  siswa termasuk di dalamnya hasil belajar bahasa Arab.
C. Pengajuan Hipotesis Penelitian
Berdasarkan deskripsi teori dan kerangka berpikir tentang hubungan antara persepsi siswa terhadap kemampuan guru membelajarkan dengan hasil belajar bahasa Arab siswa, minat belajar siswa dengan hasil belajar bahasa Arab siswa serta hubungan antara persepsi Siswa terhadap guru membelajarkan dan minat belajar siswa secara bersama-sama dengan hasil belajar bahasa Arab siswa, maka hipotesis penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut :
1.      Terdapat hubungan positif antara persepsi siswa terhadap kemampuan guru membelajarkan dengan hasil belajar bahasa Arab.                                        
2.      Terdapat hubungan positif antara minat belajar dengan hasil belajar bahasa Arab siswa.
3.      Terdapat hubungan positif antara antara persepsi siswa terhadap kemampuan guru membelajarkan dan minat belajar siswa secara bersama-sama dengan hasil belajar bahasa Arab.



[1] Mushthafa al-Ghulayaini, Jami al-Durus al-Arabiyah, Juz 1, (Beirut: al-Maktabah al-Ashariyah litthiba’ah wa nasyar, 1993), cet. 28,hlm. 7.
[2] Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, op. cit.,hlm. 707-708.
[3] Siyaru A’lamin Nubala : 10/74
[4] Ibnu Duraid Al Azdi Al Malahin, hlm.72.
[5]  Ibnu taimiyyah (Iqtidho Shirotil Mustaqim hal: 207)
[6] . Winkel, WS. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar ( Jakarta gramedia 1997hal 193
[7] A,M. Amien Moh Sadirman,  Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1987)hlm  15
[8] Dimyati dan Mudjiono,  Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), cet. 3,hlm.10.
[9] Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2008), cet. 8, hlm.28.
[10] Ibid. hlm. 30.
[11] Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algensindo,2008), cet. 9, hlm. 40.
[12]W.S. Winkel Psikologi Pengajaran, (Yogyakarta: Media Abadi, 2007), cet. 10, hlm. 58.
[13] Ibid. hlm. 59.
[14] Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 1999), h. 250-251.
[15] Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar. (Bandung: Bumi Aksara, 2006), h. 30.
[16] Muhibbin, Syah (2000) Psikologi Pendidikan dengan suatu Pendekatan baru ( bandung : PT Remaja Rosdakarya)
[17]http;id.wikipedia.org/ wiki/persepsi
[18] http//education-vionet.blogspot.com
[19] Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, loc. cit.
[20] Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar  , ( Jakarta : Rineka Cipta, 2008), cet. 2, hlm.168
[21] Moh. Uzer Usman,  Menjadi Guru Profesional, ( Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009),cet. 23 hlm. 28.
[22] W.S. Winkel, Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar, (Jakarta: Gramedia, 1983), hlm. 30.
[23] Elizabeth B. Hurlock Child Development,  (Japan, Mc. Graw hill, 1978), p. 420
[24] Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Islam, (Jakarta: Raha Grafindo Persada, 2005), hlm. 130.
[25] Abdur Rachman Shaleh, Didaktif Pendidikan Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 2003), hlm. 65.
[26] Slameto  , loc. cit 
[27] Djaali, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2009), cet. 4, hlm. 121.
[28]Syaiful Bahri Djamarah Strategi Pembelajaran Bahasa, (Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 2009), cet. 2, hlm. 114.