HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TERHADAP GURU MEMBELAJARKAN DAN MINAT BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR BAHASA ARAB
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bahasa Arab adalah bahasa
yang dipilih oleh Allah SWT sebagai bahasa Al Qur’an yang menjadi pedoman hidup ummat Islam ( Minhajul
hayat ) Sebagai akibatnya, pemahaman bahasa Arab menjadi sangat penting
dalam komunikasi kita dengan Sang Pencipta sekaligus memuji kebesaran Allah SWT dan rasulNya,
termasuk di dalam hal berdoa
dan memahami kitabullah SWT dan
Sunah-sunahnya. Kaum Muslimin
meyakini bahwa Al Qur’an merupakan kitab suci yang diturunkan oleh Sang
Pencipta Alam, Allah
SWT berfirman:
إِنَّـــــــا جَـــــــعــَلـْنـــــَاهُ
قـُرْءَانًــــــا عَرَبـــــــِيًّا لَّعــــــَلَّـــكُـــمْ تَعْـــــــقـِلُونَ
Artinya : “Sesungguhnya
Kami telah menjadikan Al Quran dalam bahasa Arab, supaya kalian memahaminya”. (
QS, Az Zukhruf :3)
Al Qur’an
adalah kalamullah yang berbeda dengan teks-teks buatan manusia seperti
buku, koran atau majalah, oleh karena itu, dalam memperlakukan kitab ini, umat
Islam memiliki adab yang jelas, diantara adab yang harus diperhatikan oleh
seorang muslim yang hendak memahami atau menafsirkan Al Qur’an antara lain
wajib memahami bahasa Arab.
Berangkat dari sebuah realita bahwa kebanyakan kaum muslimin enggan mempelajari bahasa Arab karena dianggap
sulit, padahal sebaliknya bahasa Arab adalah bahasa yang dimudahkan Allah SWT
dalam pembelajarannya , hal ini tercantum dalam surat Al-Qomar ayat 17:
ﮞ ﮟ
ﮠ ﮡ ﮢ
ﮣ ﮤ ﮥ
Artinya “Dan sungguh telah kami mudahkan Al-Qur’an untuk
peringatan, maka adakah orang yang mau mengambil pelajaran.” (Q.S. Al-Qomar:
17)
Dengan demikian maka Pondok
Pesantren Husnul Khotimah hadir dalam rangka menjadi bagian solusi dalam upaya
mengenalkan bahasa Arab kepada masyarakat, khususnya kepada peserta didiknya sehingga para
alumni Pondok Pesantren Husnul Khotimah setelah menempuh pendidikan di lembaga
ini diharapkan menjadai Da’i yang mempunyai kafa’ah dasar bahasa Arab
baik lisan maupun tulisan, ini terlihat dari Visi dan Misi yang diusung oleh pondok pesantren
Husnul Khotimah sebagai berikut:
“Menjadi
Lembaga Pendidikan yang Berkualitas,
Sebagai Kontributor Terdepan dalam Mencetak
Kader Da’i”,
dan Misinya
sebagai berikut:
1.
Transformasi Ilmu Pengetahuan dan Bahasa
2.
Penanaman Nilai- Nilai Islami dan Akhlakul
Karimah
3.
Dakwah dan mengarahkan masyarakat kepada
kehidupan yang islami
Program bahasa Arab di Pondok Pesantren Husnul
Khotimah menjadi program
unggulan yang wajib diikuti oleh seluruh peserta didiknya, apalagi sebagian
mereka bercita-cita untuk melanjutkan pendidikannya ke Perguruan Tinggi dan
Universitas di Timur Tengah yang bahasa pengantarnya adalah bahasa Arab,
khususnya siswa-siswa dari Madrasah
Aliyah jurusan Pendidikan Keagamaan ( PK ).
Dalam
merealisasikan visi misinya Pondok Pesantren Husnul khotimah membutuhakan
Sumber Daya Manusia yang handal yaitu para pendidik termasuk didalamnya guru,
baik guru syar’i ataupun guru umum. Guru adalah
ujung tonggak keberhasilan pembelajaran di kelas, maka kesiapan guru untuk
menjalankan amanah profesinya adalah sebuah keniscayaan, apalagi mengajar
adalah profesi yang paling mulia sebagaimana Rosulullah diutus untuk menjadi
Muallim ( Guru ).
Guru profesional yang memiliki empat kompetensi atau standar
kemampuan yang meliputi kompetensi Kepribadian, Pedagogik, Profesional, dan
Sosial adalah sebuah tuntutan dan kebutuhan demi keberhasilan pembelajaran peserta
didiknya. Kompetensi guru
adalah kebulatan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang berwujud tindakan
cerdas dan penuh tanggung jawab dalam melaksanakan tugas sebagai agen
pembelajaran. Sebagai agen pembelajaran maka guru dituntut untuk kreatif
dalam menyiapkan metode dan strategi yang cocok untuk kondisi anak didiknya,
memilih dan menetukan sebuah metode pembelajaran yang sesuai dengan indikator
pembahasan. Dengan sertifikasi dan predikat guru profesional yang
disandangnya, maka guru harus introspeksi diri apakah sudah memiliki kemampuan
untuk membelajarkan anak didik sesuai
dengan cara-cara seorang guru professional atau belum, sebab disadari
atau tidak masih banyak diantara para pendidik yang belum bisa menjadi guru
yang profesional sebagaimana yang diharapkan dengan adanya sertifikasi guru,
dengan demikian sangat wajar kondisi tersebut mempengaruhi persepsi siswa
terhadap kemampuan guru dalam menyajikan pembelajaran di kelas.
Khusus untuk guru syar’i di Pondok Pesantren Husnul Khotimah termasuk didalamnya guru bahasa Arab secara mayoritas masih membutuhkan
keahlian dalam bidang paedagogik dan metodologi pembelajaran, alhamdulillah
lembaga pondok pesantren berusaha untuk membekali para guru dengan kualifikasi
yang dibutuhkan mereka melalui pelatihan-pelatihan, sehingga persepsi para
peserta didik tentang kurang mampunya guru membelajarkan siswa bisa
dihilangkan, karena hal tersebut bisa mengakibatkan menurunnya minat belajar
siswa terhadap mata pelajaran khususnya bahasa Arab, yang pada akhirnya
berakibat pula kepada kurangnya hasil belajar bahasa Arab.
Penulis mengadakan
penelitian ini karena berangkat dari sebuah realita bahwa sebagian besar hasil
belajar bahasa Arab peserta didik di Pondok Pesantren Husnul Khotimah masih
rendah dan berada dibawah KKM Pesantren yaitu 75 untuk hasil belajar bahasa
Arab. Salah satu penyebabnya bisa jadi karena guru kurang menguasai materi
pembelajaran karena kurangnya persiapan,
atau karena guru yang bersangkutan kurang bisa mengelola pembelajaran di dalam
kelas, bisa juga karena minat belajar siswa itu sendiri terhadap mata pelajaran
tersebut sangat rendah.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah
diatas dapat diperoleh gambaran permasalahan yang timbul dan diidentifikasi sebagaimana
tersebut dibawah ini:
1. Apakah terdapat hubungan
antara persepsi siswa terhadap kemampuan guru membelajarkan dengan
hasil belajar bahasa Arab siswa di Madrasah Aliyah Husnul Khotimah ?
2.
Faktor apa saja yang mempengaruhi hasil
belajar bahasa Arab siswa sehingga bisa
lebih meningkat ?
3.
Apa ciri-ciri hasil belajar siswa dalam Bahasa
Arab ?
4.
Apakah
hasil belajar Bahsa Arab siswa akan meningkat apabila tidak didukung oleh persepsi siswa yang positif terhadap kemampuan
guru membelajarkan ?
5.
Apakah hasil belajar santri akan meningkat
dengan adanya persepsi siswa yang positif terhadap guru membelajarkan ?
6.
Dengan cara apakah siswa dapat diukur hasil
belajar bahasa Arabnya ?
7.
Apakah terdapat upaya guru dalam meningkatkan
kegiatan pembelajaran bahasa Arab ?
8.
Apakah terdapat hubungan positif antara Minat belajar
dengan hasil belajar bahasa Arab siswa di MA
Husnul Khotimah ?
9.
Faktor apa saja yang mempengaruhi Minat belajar siswa sehingga
hasil belajarnya meningkat ?
10.
Apakah terdapat hubungan positif antara Persepsi Siswa terhadap kemampuan Guru Membelajarkan dan Minat belajar secara bersama-sama dengan hasil belajar bahasa
Arab siswa di Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Husnul Khotimah ?
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan hasil identifikasi masalah bahwa permasalahan yang berhubungan
dengan persepsi siswa terhadap kemampuan guru membelajarkan dan minat belajar dengan hasil belajar bahasa Arab sangat rumit dan kompleks,
karena keterbatasan peneliti dalam hal biaya waktu dan tenaga untuk melakukan
penelitian ini, maka peneliti hanya membatasi, pada permasalahan yang termasuk
dalam lingkup hubungan persepsi siswa terhadap kemampuan guru membelajarkan dan minat belajar dengan hasil belajar bahasa Arab siswa Madrasah Aliyah Husnul Khotimah kabupaten Kuningan Propinsi Jawa
Barat.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang
masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah yang telah diuraikan
sebelumnya, maka dapat diuraikan masalah penelitian sebagai berikut :
1.
Apakah terdapat hubungan antara persepsi siswa terhadap kemampuan guru membelajarkan
dengan hasil belajar bahasa Arab siswa
di Madrasah Aliyah Husnul Khotimah ?
2.
Apakah terdapat hubungan antara minat belajar dengan hasil belajar bahasa Arab siswa di Madrasah Aliyah
Husnul Khotimah?
3.
Apakah terdapat hubungan antara persepsi siswa terhadap kemampuan guru membelajarkan
dan minat belajar
secara bersama-sama dengan hasil belajar bahasa Arab siswa di Madrasah Aliyah
Husnul Khotimah?
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat menggali unsur-unsur yang berpengaruh pada
persepsi siswa terhadap kemampuan guru membelajarkan dan minat belajar dengan
hasil belajar bahasa Arab, yang pada tahap selanjutnya dapat bermanfaat untuk :
1.
Lembaga Penelitian dan Pengembangan Pondok Pesantren Husnul Khotimah dalam upaya
meningkatkan kualitas bahasa Arab.
2.
Membantu para guru untuk memahami siswa dalam
mengikuti pembelajaran bahasa Arab dengan baik.
3.
Memperkuat minat belajar siswa sehingga semangat dalam mengikuti proses
pembelajaran bahasa Arab khususnya, secara aktif dan kreatif sehingga hasil belajarnya meningkat.
4.
Memberikan penguatan kepada kebijakan lembaga
yang menjadikan bahasa Arab termasuk salah satu
program unggulan.
BAB II
KERANGKA TEORETIK, KERANGKA BERPIKIR
DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A.
Kerangka Teoretik
1. Hasil Belajar Bahasa Arab
a. Pengertian Bahasa Arab
Menurut Mushthafa al-Ghulayaini : ” Bahasa Arab adalah kata-kata yang
disusun dan digunakan oleh orang-orang Arab untuk mengungkapkan tujuan-tujuan
mereka”. [1]Kemampuan berbahasa adalah kemampuan seseorang menggunakan bahasa yang
memadai dilihat dari sistem bahasa.[2] Sedangkan yang dimaksud dengan kemampuan berbahasa Arab dalam
penelitian ini adalah kemampuan individu untuk menyimak ucapan berbahasa Arab
yang disampaikan oleh lawan bicara, berbicara menggunakan bahasa Arab, membaca
tulisan-tulisanArab, baik yang menggunakan
Syakal maupun tidak menggunakan syakal
,dan menulis pesan-pesan dalam bentuk tulisan, meliputi empat kemahiran dalam berbahasa yaitu kemampuan menyimak (maharatul
istima’), kemampuan berbicara (maharatul kalam), kemampuan
membaca (maharatul qira’ah), dan kemampuan menulis (maharatul kitabah).
Imam Syafi'i rohimahullah berkata: "Manusia menjadi
bodoh dan selalu berselisih paham lantaran mereka meninggalkan bahasa Arab, dan
lebih mengutamakan konsep Aristoteles".[3] Itulah
kekhawatiran Imam Syafi'i terhadap umat Islam, agar kita jangan memarginalkan bahasa kebanggaan umat
Islam. Seandainya sang imam menyaksikan kondisi umat sekarang ini terhadap
bahasa Arab, tentulah keprihatinan beliau akan semakin memuncak.
Umar bin
Khaththab pernah menulis surat kepada Abu Musa yang berisi pesan: "Amma
ba'du, pahamilah sunnah dan pelajarilah bahasa Arab".
Pada
kesempatan lain, beliau mengatakan: "Semoga Allah merahmati orang yang
meluruskan lisannya (dengan belajar bahasa Arab)". Pada kesempatan lain
lagi, beliau menyatakan: "Pelajarilah agama, dan ibadah yang baik, serta perdalami bahasa Arab". Beliau juga
mengatakan: "Pelajarilah bahasa Arab, sebab ia mampu menguatkan akal dan
menambah kehormatan".[4]
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata:
Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala menurunkan kitab-Nya dengan
bahasa ‘Arab dan menjadikan Nabi-Nya penyampai Al Qur’an dan As Sunnah dariNya
dengan bahasa ‘Arab, menjadikan orang-orang yang pertama kali masuk Islam
berbicara dengan bahasa itu, maka tidaklah agama dipahami dengan baik dan benar
kecuali dengan mempelajari bahasa ‘Arab,
sesungguhnya bahasa Arab itu sendiri bagian dari agama dan hukum
mempelajarnya adalah wajib, karena memahami Al-Kitab dan As-Sunnah itu wajib
dan keduanya tidaklah bisa dipahami kecuali dengan mempelajari bahasa Arab. Hal
ini sesuai dengan kaidah di dalam ilmu ushul fiqh: “Apa yang tidak sempurna suatu kewajiban
kecuali dengannya maka ia hukumnya juga wajib.”[5]
Kebiasaan berbicara dengannya lebih memudahkan bagi
pemeluknya dalam memahami Islam, lebih dekat pada penegakan syi’ar-syi’ar
agama serta lebih dekat dalam mencontoh generasi pertama yang memeluk Islam
dari kalangan Muhajirin dan Anshar dalam seluruh urusan agama mereka.
b. Pengertian Belajar
Menurut Winkel, belajar adalah semua aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dalam lingkungan, yang menghasilkan
perubahan-perubahan dalam pengelolaan pemahaman, keterampilan dan
nilai-sikap. Perubahan itu meliputi hal-hal yang bersifat internal seperti
pemahaman dan sikap, serta mencakup hal-hal yang bersifat eksternal seperti
keterampilan motorik dan berbicara dalam bahasa asing.[6]
Menurut Sadirman A.M “belajar adalah
berubah.” berarti merubah tingkah laku. Jadi belajar akan membawa suatu
perubahan pada individu yang belajar. Selain itu ia berpendapat, “belajar pada
prinsifnya bertumpu pada struktur kognitif
(penataan fakta, konsep, serta prinsif-prinsif) yang membentuk satu
kesatuan yang memiliki makna bagi peserta
didik.” [7]
Selanjutnya Semiawan menyatakan
bahwa hasil belajar di peroleh melalui tes hasil belajar, tes hasil belajar
pada umumnya merupakan evaluasi terminal untuk menentukan seseorang setelah
menyelesaikan latihan atau pendidikan tertentu.
Dimyati dan Mujiono menyatakan bahwa belajar merupakan
kegiatan yang kompleks, hasil belajar berupa kapabilitas, setelah belajar orang
memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap dan nilai. [8]
Belajar
adalah suatu proses perubahan tingkah laku
individu melalui interaksi dengan lingkungan. [9]
Bukti bahwa seseorang telah belajar ialah terjadinya
perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu
menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti. [10]
Hakikat perbuatan belajar adalah perubahan tingkah laku
individu yang diniati dan disadarinya.
[11] Belajar merupakan kegiatan mental
yang tidak dapatdisaksikan dari luar. Apa
yang sedang terjadi dalam diri seseorangyang sedang belajar, tidak dapat
diketahui secara langsung hanya dengan
mengamati orang itu. Bahkan, hasil belajar orang itu tidak langsung
kelihatan, tanpa orang itu melakukan sesuatu yang menampakkan kemampuan yang
telah diperoleh melalui belajar. [12]
Belajar
adalah suatu aktivitas mental/psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan sejumlah perubahan dalam
pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai atau sikap. Perubahan itu
bersifat secara relatif konstan dan berbekas.
[13]
Sedangkan menurut
Robert Gagne yang diterjemahkan oleh Sri Esti Waryani Djiwandono menyatakan
bahwa hasil belajar yang harus dicapai siswa juga meninjau proses belajar
menuju hasil belajar dan langkah-langkah intruksional yang dapat di ambil oleh
guru dalam membantu siswa belajar.
Komunikasi dalam
proses pembelajaran hendaknya merupakan
komunikasi timbal balik, interaktif, edukatif, tidak terjadi dengan sendirinya
sehingga materi yang disampaikan secara efektif dan efisien, artinya dapat dipahami
oleh siswa dengan mudah. Apabila guru tidak mampu berkomunikasi secara baik
pada saat menyampaikan materi pembelajaran maka apa yang disampaikan itu akan
sulit diterima siswa, bahkan akan menimbulkan kebingungan dan salah pengertian
sehingga apa yang diharapkan guru tidak
akan tercapai, maka dari itu guru harus mampu berkomunikasi yang dibantu dengan
menggunakan media atau suatu alat bantu yang tepat, agar komunikasi dapat
berlangsung secara efektif dan efisien, bila tidak demikian maka kualitas
pembelajaran menjadi rendah.
c. Pengertian Hasil Belajar
Menurut Dimyati dan Mudjiono hasil belajar adalah
hasil yang ditunjukkan dari suatu interaksi tindak belajar, biasanya ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan guru, hasil belajar merupakan hal yang
dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi
siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila
dibandingkan pada saat sebelum belajar[14].
Tingkat perkembangan mental tersebut
terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan
dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesaikannya bahan pembelajaran.
Menurut Oemar Hamalik hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti.[15]
Menurut Oemar Hamalik hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti.[15]
Muhibbin Syah
mengatakan bahwa hasil belajar adalah tingkat penguasaan yang di capai siswa
dalam mengikuti program belajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang di
tetapkan yang meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. [16]
Howard Kingsley
membagi 3 macam hasil belajar yaitu, keterampilan dan kebiasaan,
pengetahuan dan pengertian serta sikap dan cita-cita. Pendapat dari Horward
Kingsley ini menunjukkan hasil perubahan dari semua proses belajar. Hasil
belajar ini akan melekat terus pada diri siswa karena sudah menjadi bagian
dalam kehidupan siswa tersebut. Hasil belajar menurut Anni merupakan perubahan perilaku yang diperoleh
pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar. Berdasarkan teori Taksonomi Bloom
hasil belajar dalam rangka studi dicapai melalui tiga kategori ranah antara
lain kognitif, afektif, psikomotor. Perinciannya adalah sebagai berikut:
1.
Ranah Kognitif
Berkenaan
dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek yaitu pengetahuan,
pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan penilaian.
2. Ranah
Afektif
Berkenaan
dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi lima jenjang kemampuan yaitu
menerima, menjawab atau reaksi, menilai, organisasi dan karakterisasi dengan
suatu nilai atau kompleks nilai.
3. Ranah
Psikomotor
Meliputi
keterampilan motorik, manipulasi benda-benda, koordinasi neuromuscular
(menghubungkan, mengamati).
Menurut Nasution bahwa hasil belajar adalah hasil dari
suatu interaksi tindak belajar mengajar dan biasanya ditunjukkan dengan nilai
tes yang diberikan guru.
Dengan demikian
yang dimaksud dengan hasil belajar bahasa
Arab pada penelitian ini adalah perubahan tingkah laku peserta didik yang diperoleh
setelah mengikuti pembelajaran dengan ditandai meningkatnya
kemampuan pemahaman, pengetahuan,
dan penerapan tentang kaidah-kaidah
bahasa Arab (qowaidullughoh
arobiyyah)
dan menyusun kosa kata (tarkibul
mufrodat) dalam bahasa Arab.
2. Persepsi Siswa
Terhadap Kemampuan Guru Membelajarkan
a. Pengertian Persepsi
Persepsi adalah sebuah proses saat individu mengatur dan
menginterpretasikan kesan-kesan sensoris mereka guna memberikan arti bagi lingkungan mereka.[17] Gibson dalam buku
Organisasi Dan Manajemen Perilaku Struktur;
memberikan definisi persepsi adalah proses kognitif yang dipergunakan oleh
individu untuk menafsirkan dan memahami dunia sekitarnya (obyek). Gibson juga
menjelaskan bahwa persepsi merupakan proses pemberian arti terhadap lingkungan
oleh individu. Oleh karena itu, setiap individu memberikan arti kepada stimulus
secara berbeda meskipun objeknya sama. Cara individu melihat situasi seringkali
lebih penting daripada situasi itu sendiri.
Menurut Leavit persepsi dalam arti sempit adalah penglihatan, bagaimana
cara seseorang melihat sesuatu, sedangkan dalam arti luas persepsi adalah
pandangan atau pengertian yaitu bagaimana seseorang memandang atau mengartikan
sesuatu.
Persepsi menurut Epstein & Rogers adalah seperangkat proses yang
dengannya kita mengenali, mengorganisasikan dan memahami serapan-serapan
inderawi yang kita terima dari stimuli lingkungan.
Persepsi didefinisikan sebagai suatu proses yang menggabungkan dan
mengorganisir data-data indera kita (penginderaan) untuk dikembangkan
sedemikian rupa sehingga kita dapat menyadari di sekeliling kita, termasuk
sadar akan diri kita sendiri.
Menurut Wittig persepsi adalah proses menginterpretasikan stimulus oleh
seseorang (perception is the process by which a person interprets sensory
stimuli). Persepsi muncul dari beberapa bagian pengalaman sebelumnya.
Definisi persepsi yang diberikan oleh Desiderato adalah pengalaman tentang
objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan
informasi dan menafsirkan pesan. Perilaku individu seringkali didasarkan pada persepsi mereka
tentang kenyataan, bukan pada kenyataan itu sendiri.
Persepsi menurut Walgito merupakan
proses pengorganisasian, penginterpretasian terhadap
stimulus yang diinderanya sehingga merupakan
sesuatu yang berarti,
dan merupakan respon
yang integrated dalam diri
individu.
Menurut Moskowitz dan Ogel, persepsi merupakan proses yang integral dari
individu terhadap stimulus yang diterimanya. Dengan demikian dapat dikemukakan
bahwa persepsi itu merupakan proses pengorganisasian, penginterpretasian
terhadap stimulus yang diterima oleh organisme atau individu sehingga merupakan
sesuatu yang berarti dan merupakan aktivitas yang integral dalam diri individu.
Persepsi menurut Fielman adalah proses konstruktif yang mana kita menerima
stimulus yang ada dan berusaha memahami situasi (Perception a contructive
process by which we go beyond the stimuli that are presented to us and attempt
to construct a meaningful situation). Sedangkan menurut Morgan (1987:107)
persepsi mengacu pada carakerja, suara, rasa, selera, atau bau. Dengan
kata lain, persepsi dapat didefinisikan apa pun yang dialami
oleh seseorang (perception refers to the way the work, sound, feel, tastes,
or smell. In other works, perception can be defined as whatever is experienced
by a person). Dengan demikian Persepsi adalah proses pemberian arti terhadap
lingkungan oleh individu yang dipengaruhi oleh pengalaman-pengalaman
sebelumnya.
b. Pengertian Kemampuan
Kemampuan adalah suatu kesanggupan dalam
melakukan sesuatu. Seseorang dikatakan mampu
apabila ia bisa melakukan sesuatu yang
harus ia lakukan. Menurut Chaplin ability
(kemampuan, kecakapan, ketangkasan, bakat, kesanggupan)
merupakan tenaga (daya kekuatan) untuk melakukan suatu
perbuatan. Sedangkan menurut Robbins kemampuan
bisa merupakan kesanggupan bawaan sejak
lahir, atau merupakan hasil latihan atau praktek.
Menurut Mohammad Zain dalam
Milman Yusdi bahwa kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan, kekuatan kita
berusaha dengan diri sendiri. Sedangkan Anggiat M.Sinaga dan Sri Hadiati
mendefenisikan kemampuan sebagai suatu dasar seseorang yang dengan sendirinya
berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan secara efektif atau sangat berhasil. Sementara itu, Robbin kemampuan
berarti kapasitas seseorang individu unutk melakukan beragam tugas dalam suatu
pekerjaan. lebih lanjut Robbin menyatakan bahwa kemampuan (ability) adalah
sebuah penilaian terkini atas apa yang dapat dilakukan seseorang.
Akhmad Sudrajat
menghubungkan kemampuan dengan kata kecakapan. Setiap
individu memiliki kecakapan yang berbeda-beda
dalam melakukan suatu tindakan. Kecakapan ini
mempengaruhi potensi yang ada dalam diri
individu tersebut. Proses pembelajaran
mengharuskan siswa mengoptimalkan segala kecakapan
yang dimiliki.
c. Pengertian Membelajarkan
Membelajarkan berasal
dari kata dasar “ajar” yang artinya petunjuk yang diberikan kepada orang supaya
diketahui. Dari kata “ajar” ini lahirlah kata kerja “belajar” yang berarti
berlatih atau berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu dan kata “pembelajaran”
berasal dari kata “belajar” yang mendapat awalan pen-dan akhiran an yang
merupakan konflik nominal yang mempunyai arti proses. Pembelajaran adalah
proses pemerolehan maklumat dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat
serta pembentukan sikap dan kepercayaan.[18] Guru membelajarkan mengandung makna bahwa guru harus mendorong siswa
mencari dan menemukan sendiri pengetahuan baru dalam suasana belajar yang
menyenangkan. Perubahan perilaku “membelajarkan” siswa bukan lagi “mengajar”
siswa merupakan jawaban atas rekomendasi Kemendiknas (sekarang
Kemendikbud) seperti tersurat dalam Permendiknas No. 22 tahun 2006 tentang
Standar Isi Kurikulum Pendidikan Dasar dan Menengah. Pembelajaran yang
membelajarkan merupakan teknik untuk mencairkan kebekuan dan kebuntuan proses
eksplorasi pengetahuan seperti yang biasa terjadi secara endemik di kelas
akibat kentalnya kegiatan pembelajaran bernuansa monolog, delivery system,
dan semacamnya.
Menurut Rahil mahyudin
Pembelajaran adalah perubahan tingkah laku yang melibatkan ketrampilan kognitif
yaitu penguasaan ilmu dan perkembangan kemahiran intelek.Menurut pandangan
William H. Burton, membelajarkan adalah upaya dalam memberikan perangsang
(stimulus), bimbingan, pengarahan, dan dorongan kepada siswa agar terjadi
proses belajar. Gagne dan Briggs mengartikan kata mengajar sebagai “instruction
is a set of events which affect learness in such way that learning is facilitated”.
Jadi, yang penting dalam membelajarkan bukan upaya
guru menyampaikan bahan, melainkan bagaiman siswa dapat mempelajari bahan
sesuai dengan tujuan.
Undang undang no 14 tahun 2005 pasal 8 mengatakan bahwa
guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik,
sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan
pendidikan nasional. Melalui pembelajaran yang
membelajarkan dengan teknik pendekatan aktif, kreatif, efektif, dan
menyenangkan, guru mamapu mengkondisikan siswa berpetualang mengembarakan
dirinya di rimba belantara dunia ilmu penegtahuan untuk mencari dan menemukan
sendiri pengetahuan “baru”.
Dalam konteks perubahan perilaku guru dari mengajar menjadi membelajarkan
tersebut, ada setidaknya 3 (tiga) aktivitas yang harus dilakukan oleh
guru.
Pertama, sebelum melakukan pembelajaran,
guru harus memiliki peta karakteristik siswa yang akan dibelajarkan. Pemetaan dapat
dilakukan dengan cara memanfaatkan data pribadi siswa, melakukan analisis data
prestasi akademik, atau melakukan tes diagnostik dan pre-tes. Pemetaan
karakteristik siswa yang lengkap merupakan modal awal yang bernilai sangat
strategis sekaligus menjadi kunci keberhasilan pembelajaran yang membelajarkan.
Kedua, guru harus mampu menyiapkan sumber
dan media belajar yang memadai dan sesuai dengan tingkat perkembangan
intelektual siswa serta mengupayakan varian berbasis pemanfaatan .teknologi
informasi dan komunikasi seperti power point, internet dll.
Ketiga, guru harus mampu memerankan
dirinya sebagai salah satu sumber belajar sekaligus sebagai fasilitator, dan
motivator belajar yang membuat siswa nyaman mengikuti setiap dinamika proses
pembelajaran di kelas/di luar kelas.
Dengan demikian pesepsi siswa
terhadap kemampuan guru membelajarkan adalah proses pemberian arti atau
pandangan siswa terhadap kesanggupan dan kecakapan guru dalam memberikan
rangsangan, bimbingan, arahan, dan dorongan kepada siswa agar terjadi perubahan
tingkah laku.
3. Minat Belajar
a. Pengertian
Minat
Secara
bahasa minat berarti kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu”.
[19] Minat adalah kecenderungan yang menetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa
aktivitas. Seseorang yang berminat terhadap aktivitas akan
memperhatikan aktivitas itu secara konsisten
dengan rasa senang. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu
hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. [20] Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut,semakin besar minat tersebut. Perhatian bersifat lebih sementara dan ada hubungannya dengan minat.
Perbedaannya adalah minat sifatnya menetap sedangkan perhatian sifatnya sementara, adakalanya timbul
adakalanya menghilang.
[21]
W.S.
Winkel memberikan arti minat sebagai kecenderungan yang agak menetap dalam
subyek merasa senang berkecimpung dalam bidang itu.[22]
Menurut Elizabeth B. Hurlock, bahwa minat ialah “ interest are sources of
motivation which drive people to do what they want to do when they are free to
choose. When they see that something will benefit them, they become interested
in it “.[23]
(minat merupakan sumber motivasi yang mendorong orang untuk melakukan apa
yang mereka inginkan ketika mereka bebas memilih, ketika mereka melihat bahwa
sesuatu akan menguntungkan)
Hilfard
dalam Slameto (1991) menyatakan: interest is persisting tendency to pay
attention to and enjoy same activities and or content. (minat adalah kecenderungan
yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan.[24]
Kegiatan ini termasuk belajar yang diminati siswa akan diperhatikan terus
menerus yang disertai rasa senang.
Minat belajar adalah sumber hasrat belajar di dalam jiwa seseorang yang memperhatikan
sesuatu ia mulai dengan menaruh minat terhadap hal itu. Minat itu erat
hubungannya dengan kepribadian seseorang; ketiga fungsi jiwa: kognisi, emosi
dan konasi terdapat dalam minat kadang minat itu timbul dengan sendirinya, dan
kadang-kadang perlu diusahakan.[25]
Suatu Minat dapat diekspresikan
melalui pernyataan yang menunjukkan bahwa siswa lebih menyukai
suatu hal daripada hal lainnya, dapat pula diwujudkan melalui partisipasi dalam
suatu aktivitas. Siswa
yang memiliki minat terhadap subyek tertentu cenderung
untuk memberikan perhatian yang lebih besar terhadap subjek tersebut.
[26] Minat tidak dibawa sejak lahir,
melainkandiperoleh kemudian. [27]
b. Unsur-unsur Minat
Bertolak
dari pengertian minat sebagaimana diuraikan di atas, maka unsur-unsur minat
meliputi:
a. Perasaan senang
b.Perhatian
c. Kemauan
d.
Keaktifan
e.Ketertarikan
c. Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Minat Belajar
Menurut
Bloom sebagaimana dikutip oleh Iskandar Wassid dan Dadang Sunendar mengatakan bahwa faktor-faktor
yang mempengaruhi minat di antaranya adalah pekerjaan,
sosial ekonomi, bakat, jenis kelamin, pengalaman, kepribadian dan pengaruh
lingkungan.
Selain
faktor-faktor di atas di antara faktor yangmempengaruhi minat adalah motivasi,
belajar, bahan pelajaran dan sikap
guru, keluarga, teman pergaulan, cita-cita, bakat, hobi, mediamassa, fasilitas dan lain-lain.
Guru perlu membangkitkan minat
siswa agar pelajaran yang
diberikan mudah dimengerti. Kurangnya minat belajar dapat mengakibatkan
kurangnya rasa ketertarikan pada suatu bidang tertentu,
bahkan dapat melahirkan sikap penolakan kepada guru.Ada beberapa macam cara
yang dapat dilakukan untuk membangkitkan minat anak didik di
antaranya adalah sebagai berikut:
a. Membandingkan adanya suatu kebutuhan pada diri
anak didik,
b. Menghubungkan
bahan pelajaran yang diberikan dengan persoalan
pengalaman yang dimiliki anak didik,
c. Memberikan
kesempatan kepada anak didik untuk mendapatkan hasil belajar yang baik,.
d. Menggunakan berbagai macam bentuk dan teknik mengajar dalam konteks
perbedaan individual anak didik. [28]
Fungsi minat dalam belajar adalah sebagai kekuatan yang mendorong siswa
untuk belajar. Siswa yang berminat kepada suatu pelajaran akan tampak terdorong terus untuk tekun belajar,
berbeda dengan siswa yang sikapnya hanya
menerima pelajaran, mereka hanya tergerak untuk mau belajar tetapi sulit
untuk terus tekun karena tidak ada pendorongnya. Minat mampu membangkitkan motivasi siswa.
Dengan demikian Minat belajar adalah kecenderungan hati yang tinggi yang mendorong siswa untuk
mengikuti proses pembelajaran sehingga terjadi perubahan tingkah laku yang
positif.
A.
Kerangka
Berpikir
1. Hubungan
Persepsi Siswa
terhadap Kemampuan Guru Membelajarkan dengan Hasil Belajar
Bahasa Arab Siswa
Persepsi siswa terhadap kemampuan guru membelajarkan adalah faktor
terpenting yang menentukan keberhasilan sebuah pembelajaran di kelas karena
guru adalah fasilitator, motivator sekaligus aktor dalam sebuah pembelajaran.
Seorang guru yang memiliki kemampuan mengelola kelas dengan berbagai
kesiapan sebelumnya
bagaikan seorang prajurit yang memasuki kancah peperangan dengan berbagai
persenjataan lengkapnya, sebaliknya guru yang tidak mampu
mengelola kelas
dengan baik bahkan tanpa persiapan sebelumnya ibarat prajurit yang memasuki kancah
peperangan tanpa kesiapan berperang dan tidak membawa perlengkapan senjata.
Guru bahasa Arab harus memiliki kemampuan
(kafa’ah) yang diperlukan dalam proses pembelajaran sehingga dirasakan
menyenangkan, pada akhirnya kesan bahwa bahasa Arab sulit bisa dihilangkan,
atau terminimalisirkan. Para peserta didik akan sangat senang mengikuti
pembelajaran yang disajikan oleh guru yang mampu mengelola pembelajaran, dan
hasil belajarnya dipastikan bisa meningkat, dengan demikian diduga terdapat
hubungan antara persepsi siswa
terhadap kemampuan guru membelajarkan
dengan hasil belajar bahasa Arab, semakin tinggi persepsi siswa terhadap kemampuan
guru membelajarkan semakin tinggi pula hasil belajar bahasa Arab yang
diperoleh.
2.
Hubungan
Antara Minat Belajar dengan Hasil Belajar Bahasa Arab Siswa
Minat merupakan landasan penting bagi seseorang untuk melakukan kegiatan
dengan baik. Sebagai suatu aspek kejiwaan minat bukan saja dapat mempengaruhi
tingkah laku seseorang, tapi juga dapat mendorong orang untuk tetap melakukan
dan memperoleh sesuatu. Orang yang memiliki minat dalam melakukan sebuah kegiatan
atau aktivitas tidak akan cepat bosan dan jenuh terhadap kegiatan atau
aktivitas tersebut,meskipun ada gangguan,
baik dari dalam diri maupun gangguan dari luar misalnya rasa lelah dan
gangguan dari lingkungan dan sebagainya. Peran minat sangat besar dalam kaitannya dengan pelaksanaan pembelajaran bahasa Arab,
karena dengan adanya minat proses pembelajaran akan dapat efektif.
Proses pembelajaran bagi siswa yang
memiliki minat tinggi hampir
dapat dipastikan akan berjalan dengan baik dan hasil belajar pun juga akan meningkat.
Dengan demikian
diduga terdapat hubungan antara minat
belajar dengan hasil
belajar bahasa Arab, semakin tinggi minat belajar siswa dalam mengikuti proses
pembelajaran bahasa Arab, akan semakin
tinggi pula hasil belajar bahasa Arab yang diperoleh.
3. Hubungan antara Persepsi Siswa terhadap Kemampuan Guru Membelajarkan dan Minat Belajar Siswa secara Bersama-sama dengan Hasil Belajar
Bahasa Arab.
Guru yang
menurut penilaian siswa mampu menyajikan pembelajaran dengan baik akan
membangkitkan semangat siswa untuk mengikuti seluruh rangkaian pembelajaran
dengan penuh perhatian.
Minat siswa yang kuat untuk belajar merupakan factor yang
sangat diperlukan, jika menginginkan hasil belajar yang baik. Minat belajar yang tinggi akan mendapatkan hasil
belajar yang tinggi pula, sebaliknya minat belajar yang rendah akan membuahkan
hasil belajar yang rendah pula.
Berdasarkan
uraian tersebut di atas, maka dapat diduga bahwa semakin tinggi persepsi siswa terhadap kemampuan guru membelajarkan dan minat
belajar siswa, maka akan semakin tinggi pula hasil belajar siswa termasuk di dalamnya hasil belajar
bahasa Arab.
C. Pengajuan Hipotesis Penelitian
Berdasarkan
deskripsi teori dan kerangka berpikir tentang hubungan antara persepsi siswa terhadap kemampuan guru membelajarkan dengan hasil
belajar bahasa Arab siswa, minat belajar siswa dengan hasil belajar bahasa Arab
siswa serta hubungan antara persepsi
Siswa terhadap guru membelajarkan dan minat belajar siswa secara
bersama-sama dengan hasil belajar bahasa Arab siswa, maka hipotesis penelitian
dapat dirumuskan sebagai berikut :
1.
Terdapat hubungan positif antara persepsi siswa
terhadap kemampuan guru membelajarkan dengan hasil belajar bahasa Arab.
2.
Terdapat hubungan positif antara minat belajar dengan hasil
belajar bahasa Arab siswa.
3.
Terdapat hubungan positif antara antara persepsi siswa
terhadap kemampuan guru membelajarkan dan minat belajar siswa secara bersama-sama dengan hasil
belajar bahasa Arab.
[1] Mushthafa al-Ghulayaini, Jami al-Durus al-Arabiyah, Juz 1,
(Beirut: al-Maktabah al-Ashariyah litthiba’ah wa nasyar, 1993), cet. 28,hlm. 7.
[7] A,M. Amien Moh
Sadirman, Interaksi dan Motivasi Belajar
Mengajar.
(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1987)hlm 15
[10] Ibid. hlm. 30.
[11] Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algensindo,2008), cet. 9,
hlm. 40.
[16] Muhibbin, Syah
(2000) Psikologi Pendidikan dengan suatu Pendekatan baru ( bandung : PT
Remaja Rosdakarya)
[17]http;id.wikipedia.org/ wiki/persepsi
[21] Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru
Profesional, ( Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2009),cet. 23 hlm. 28.
[24] Tohirin, Psikologi
Pembelajaran Pendidikan Islam, (Jakarta: Raha Grafindo Persada, 2005), hlm.
130.
[26] Slameto , loc. cit
[28]Syaiful Bahri Djamarah Strategi Pembelajaran Bahasa, (Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 2009), cet. 2, hlm. 114.